BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Menurut UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua
orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi
hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan
seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual, antara
lain :
a. Umur biologis : fungsi
berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas
adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang
sama.
c. Umur sosial : sejauh mana
individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain
pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan,
kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau
pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan
lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan
terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut
usia.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll,
selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang
mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil
olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan
dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.
A FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3. Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak
peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus
menurun.
B MASALAH GIZI
PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan
darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C PEMANTAUAN
STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan
secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan
BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari
0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal =
0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB
kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam
cm – 100
Jika BB lebih dari ideal
artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu
makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak
bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang
kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,
dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.
D. PERENCANAAN
MAKANAN UNTUK LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan
pisang.
3. Banyak minum dan kurangi
garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
5. Bagi pasien lansia yang
prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
· Makanlah makanan yang mudah
dicerna
· Hindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila kesulitan mengunyah
karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
· Makan dalam porsi kecil tetapi
sering
· Makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh,
boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang
gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi
seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran
hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan
yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk
mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan
hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi
makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar,
roti dan sereal.
II. PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan
sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah
menjadi sorotan dalam sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
A. Gizi tepat untuk lansia
B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia
dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB,
kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan
vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
C. Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada
makanan empat sehat lima sempurna.
D. Karena lansia mengalami kemunduran
dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus
disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka
bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam
disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E. Makanan yang kurang baik bagi lansia
adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati,
ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang
disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
F. Lansia harus diberi pengertian untuk
mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak
mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa
lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
G. Lansia harus memperbanyak makan buah
dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan
serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H. Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6
-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang
juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan
nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB
(1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Menurut UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua
orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi
hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan
seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual, antara
lain :
a. Umur biologis : fungsi
berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas
adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang
sama.
c. Umur sosial : sejauh mana
individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain
pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan,
kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau
pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan
lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan
terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut
usia.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll,
selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang
mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil
olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan
dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.
A FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3. Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak
peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus
menurun.
B MASALAH GIZI
PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan
darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C PEMANTAUAN
STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan
secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan
BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari
0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal =
0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB
kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam
cm – 100
Jika BB lebih dari ideal
artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu
makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak
bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang
kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,
dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.
D. PERENCANAAN
MAKANAN UNTUK LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan
pisang.
3. Banyak minum dan kurangi
garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
5. Bagi pasien lansia yang
prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
· Makanlah makanan yang mudah
dicerna
· Hindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila kesulitan mengunyah
karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
· Makan dalam porsi kecil tetapi
sering
· Makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh,
boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang
gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi
seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran
hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan
yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk
mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan
hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi
makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar,
roti dan sereal.
II. PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan
sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah
menjadi sorotan dalam sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
A. Gizi tepat untuk lansia
B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia
dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB,
kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan
vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
C. Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada
makanan empat sehat lima sempurna.
D. Karena lansia mengalami kemunduran
dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus
disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka
bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam
disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E. Makanan yang kurang baik bagi lansia
adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati,
ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang
disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
F. Lansia harus diberi pengertian untuk
mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak
mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa
lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
G. Lansia harus memperbanyak makan buah
dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan
serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H. Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6
-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang
juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan
nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB
(1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Menurut UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua
orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi
hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan
seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual, antara
lain :
a. Umur biologis : fungsi
berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas
adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang
sama.
c. Umur sosial : sejauh mana
individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain
pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan,
kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau
pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan
lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan
terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut
usia.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll,
selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang
mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil
olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan
dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.
A FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3. Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak
peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus
menurun.
B MASALAH GIZI
PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan
darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C PEMANTAUAN
STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan
secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan
BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari
0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal =
0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB
kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam
cm – 100
Jika BB lebih dari ideal
artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu
makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak
bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang
kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,
dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.
D. PERENCANAAN
MAKANAN UNTUK LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan
pisang.
3. Banyak minum dan kurangi
garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
5. Bagi pasien lansia yang
prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
· Makanlah makanan yang mudah
dicerna
· Hindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila kesulitan mengunyah
karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
· Makan dalam porsi kecil tetapi
sering
· Makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh,
boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang
gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi
seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran
hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan
yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk
mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan
hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi
makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar,
roti dan sereal.
II. PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan
sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah
menjadi sorotan dalam sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
A. Gizi tepat untuk lansia
B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia
dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB,
kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan
vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
C. Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada
makanan empat sehat lima sempurna.
D. Karena lansia mengalami kemunduran
dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus
disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka
bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam
disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E. Makanan yang kurang baik bagi lansia
adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati,
ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang
disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
F. Lansia harus diberi pengertian untuk
mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak
mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa
lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
G. Lansia harus memperbanyak makan buah
dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan
serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H. Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6
-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang
juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan
nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB
(1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Menurut UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua
orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi
hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan
seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual, antara
lain :
a. Umur biologis : fungsi
berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas
adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang
sama.
c. Umur sosial : sejauh mana
individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain
pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan,
kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau
pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan
lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan
terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut
usia.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll,
selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang
mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil
olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan
dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.
A FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3. Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak
peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus
menurun.
B MASALAH GIZI
PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan
darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C PEMANTAUAN
STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan
secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan
BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari
0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal =
0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB
kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam
cm – 100
Jika BB lebih dari ideal
artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu
makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak
bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang
kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,
dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.
D. PERENCANAAN
MAKANAN UNTUK LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan
pisang.
3. Banyak minum dan kurangi
garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
5. Bagi pasien lansia yang
prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
· Makanlah makanan yang mudah
dicerna
· Hindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila kesulitan mengunyah
karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
· Makan dalam porsi kecil tetapi
sering
· Makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh,
boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang
gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi
seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran
hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan
yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk
mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan
hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi
makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar,
roti dan sereal.
II. PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan
sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah
menjadi sorotan dalam sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
A. Gizi tepat untuk lansia
B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia
dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB,
kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan
vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
C. Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada
makanan empat sehat lima sempurna.
D. Karena lansia mengalami kemunduran
dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus
disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka
bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam
disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E. Makanan yang kurang baik bagi lansia
adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati,
ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang
disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
F. Lansia harus diberi pengertian untuk
mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak
mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa
lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
G. Lansia harus memperbanyak makan buah
dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan
serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H. Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6
-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang
juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan
nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB
(1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Menurut UU
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan usia pada Bab Pasal 1 Ayat 2 yang
berbunyi “lanjut usia adalah seorang yang mencakup usia 60 tahun keatas”. Semua
orang akan mengalami proses menk\jadi tua dan masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik,
mental dan sosial sedikit sampai tidak mrlakukan tugasnya sehari-hari lagi
hingga bagi kebanyakan oaring masa tua itu merupakan masa yang kurang menyenangkan.
Sedangkan
seorang menjadi lanjut usia dikerakan adanya beberapa proses individual, antara
lain :
a. Umur biologis : fungsi
berbagai sistem organnya dibandingkan dengan orang lain pada umur yang sama.
b. Umur Psikogis : kapasitas
adaptasi individu dibandingkan dengan orang lain pada umur kronologis yang
sama.
c. Umur sosial : sejauh mana
individu dapat melakukan peran sosial dibandingkan dengan anggota masyarakat
dibandingkan dengan anggota masyarakat lain pada umur kronologis yang sama.
d. Umur fungsional : tingkat
kemampuan individu untuk berfungsi dimasyarakat dibandingkan dengan orang lain
pada umur kronologis yang sama.
Berkaitan dengan perubahan,
kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang dialami oleh setiap
orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan tersebut dan akhirnya
mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan
atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran
dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah
perubahan yang berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau
pendapatan dan peran sosial (Goldstein, 1992).
B.Tujuan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia.
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis lanjut usia
secara memadai serta teratasinya masalah-masalah akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan keluarga dan
lingkungan.
e Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan
terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
a. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial bagi lanjut
usia.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
I. KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA
Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya,
karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk
melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang
diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga
kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia.
Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari
kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan
kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus,
pernafasan dan ginjal.
Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok
besar, yaitu :
1. Kelompok zat energi,
termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
a. Bahan makanan yang
mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll,
selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu dll.
b. Bahan makanan yang
mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil
olahannya.
2. Kelompok zat pembangun
Kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik
protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacangkacangan
dan olahannya.
3. Kelompok zat pengatur
Kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral,
seperti buah-buahan dan sayuran.
A FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA
1. Berkurangnya kemampuan
mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
2. Berkurangnya indera
pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan
pahit.
3. Esophagus/kerongkongan
mengalami pelebaran.
4. Rasa lapar menurun, asam
lambung menurun.
5. Gerakan usus atau gerak
peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi.
6. Penyerapan makanan di usus
menurun.
B MASALAH GIZI
PADA LANSIA
1. Gizi berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan
kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan
berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya
aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk
mengurangi makan.
Kegemukan merupakan salah satu
pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing manis, dan
darah tinggi.
2. Gizi kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang
dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai
dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3. Kekurangan vitamin
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah dengan
kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan berkurang, penglihatan
menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.
C PEMANTAUAN
STATUS NUTRISI
1. Penimbangan Berat Badan
a. Penimbangan BB dilakukan
secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan BB atau penurunan
BB lebih dari 0.5 Kg/minggu. Peningkatan BB lebih dari 0.5 Kg dalam 1 minggu
beresiko terhadap kelebihan berat badan dan penurunan berat badan lebih dari
0.5 Kg /minggu menunjukkan kekurangan berat badan.
b. Menghitung berat badan
ideal pada dewasa :
Rumus : Berat badan ideal =
0.9 x (TB dalam cm – 100)
Catatan untuk wanita dengan TB
kurang dari 150 cm dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus :
Berat badan ideal = TB dalam
cm – 100
Jika BB lebih dari ideal
artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal artinya gizi kurang
2. Kekurangan kalori protein
Waspadai lansia dengan riwayat : Pendapatan yang kurang, kurang
bersosialisasi, hidup sendirian, kehilangan pasangan hidup atau teman,
kesulitan mengunyah, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, sulit untuk
menyiapkan makanan, sering mangkonsumsi obat-obatan yang mangganggu nafsu
makan, nafsu makan berkurang, makanan yang ditawarkan tidak mengundang selera.
Karena hal ini dapat menurunkan asupan
protein bagi lansia, akibatnya lansia menjadi lebih mudah sakit dan tidak
bersemangat.
3. Kekurangan vitamin D
Biasanya terjadi pada lansia yang
kurang mendapatkan paparan sinar matahari, jarang atau tidak pernah minum susu,
dan kurang mengkonsumsi vitamin D yang banyak terkandung pada ikan, hati, susu
dan produk olahannya.
D. PERENCANAAN
MAKANAN UNTUK LANSIA
_ Perencanaan makan secara umum
1. Makanan harus mengandung
zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari : zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
2. Perlu diperhatikan porsi
makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu
hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu :
Pagi : Bubur ayam Jam 10.00 : Roti Siang : Nasi, pindang telur, sup, papaya Jam
16.00 : Nagasari Malam : Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, dan
pisang.
3. Banyak minum dan kurangi
garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan
menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta
mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4. Batasi makanan yang
manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan, mentega
dll.
5. Bagi pasien lansia yang
prose penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikanhal-hal sebagai berikut :
· Makanlah makanan yang mudah
dicerna
· Hindari makanan yang terlalu
manis, gurih, dan goring-gorengan
· Bila kesulitan mengunyah
karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau
dicincang
· Makan dalam porsi kecil tetapi
sering
· Makanan selingan atau snack,
susu, buah, dan sari buah sebaiknya diberikan
6. Batasi minum kopi atau teh,
boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang
gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7. Makanan mengandung zat besi
seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran
hijau.
8. Lebih dianjurkan untuk
mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan
yang digoreng
_ Perencanaan makan untuk
mengatasi perubahan saluran cerna Untuk mengurangi resiko konstipasi dan
hemoroid :
1. Sarankan untuk mengkonsumsi
makanan berserat tinggi setiap hari, seperti sayuran dan buah-buahan segar,
roti dan sereal.
II. PEMENUHAN NUTRISI UNTUK LANSIA
Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini cukup beralasan
sehingga prevelansi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada lansia ini telah
menjadi sorotan dalam sejumlah survei
(DHSS, 1997; Coates, 1985; Lehman, 1889) karna terdapat fakta bahwa
sebagian besar lansia di komunitas mengalami masalah nutrisi.
A. Gizi tepat untuk lansia
B. Dengan memperhatikan prinsip-prinsip
kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada usia
dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg BB,
kebutuhan lemak berkurang, kebutuhan karbohidrat cukup (sekitar 50%), kebutuhan
vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda. Atau dengan cara praktis
melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan)
C. Menu yang disajikan untuk lansia
harus mengandung gizi yang seimbang yakni mengandung sumber zat energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur. Dalam hal ini kita bisa mengacu pada
makanan empat sehat lima sempurna.
D. Karena lansia mengalami kemunduran
dan keterbatasan maka konsistensi dan tekstur atau bentuk makanan harus
disesuaikan. Sebagai contoh : gangguan pada gigi (gigi tanggal/ompong), maka
bentuk makanannya harus lunak, misal nasi ditim, lauk pauk dicincang (ayam
disuwir, daging sapi dicincang/digiling)
E. Makanan yang kurang baik bagi lansia
adalah makanan berlemak tinggi seperti seperti jerohan (usus, hati,
ampela, otal dll), lemak hewan, kulit hewan (misal kulit ayam, kulit sapi,
kulit babi dll), goreng-gorengan, santan kental. Karena seperti prinsip yang
disebutkan tadi bahwa kebutuhan lemak lansia berkurang dan pada lansia
mengalami perubahan proporsi jaringan lemak. Hal ini bukan berarti lansia
tidak boleh mengkonsumsi lemak. Lansia harus mengkonsumsi lemak namun dengan catatan
sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh misalnya bila menu hari ini lauknya
sudah digoreng, maka sayurannya lebih baik sayur yang tidak bersantan seperti
sayur bening, sayur asam atau tumis. Bila hari ini sayurnya bersantan maka
lauknya dipanggang, dikukus, dibakar atau ditim.
F. Lansia harus diberi pengertian untuk
mengurangi atau kalau bisa menghindari makanan yang mengandung garam natrium
yang tinggi. Contoh bahan makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi
adalah garam dapur, vetsin, daging kambing, jerohan, atau makanan yang banyak
mengandung garam dapur misalnya ikan asin, telur asin, ikan pindang. Mengapa
lansia harus menghindari makanan yang mengandung garam natrium yang tinggi ?
Hal ini dikarenakan pada lansia mudah mengalami hipertensi. Hal ini, seperti
yang dijelaskan tadi bahwa elastisitas pembuluh darah telah menurun dan terjadi
penebalan di dinding pembuluh darah yang mengakibatkan mudahnya terkena
hipertensi. Selain itu indera pengecapan pada lansia mulai berkurang, terutama
untuk rasa asin, sehingga rasa asin yang cukup-pun terasa masih kurang bagi
mereka, lalu makanan ditambah garam yang banyak, hal ini akan meningkatkan
tekanan darah pada lansia. Jadi kita memang perlu sampaikan kepada lansia
bahwa panduan rasa asinnya tidak bisa lagi dipakai sebagai ukuran, karena bila
dengan panduan asin dari lansia, untuk kita yang belum lansia akan terasa asin
sekali.
G. Lansia harus memperbanyak makan buah
dan sayuran, karena sayur dan buah banyak mengandung vitamin, mineral dan
serat. Lansia sering mengeluhkan tentang konstipasi/susah buang air besar, nah
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang kaya akan serat maka akan melancarkan
buang air besar. Untuk buah, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya
karena seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi sayuran dan buah sebenarnya
lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan.
H. Selain konsumsi sayur dan buah,
Lansia harus banyak minun air putih. Kebutuhan air yakni 1500 – 2000 ml atau 6
-8 gelas perhari. Air ini sangat besar artinya karena air menjalankan fungsi
tubuh, mencegah timbulnya penyakit di saluran kemih seperti kencing batu, batu
ginjal dan lain-lain. Air juga sebagi pelumas bagi fungsi tulang dan engselnya,
jadi bila tubuh kekurangan cairan maka fungsi, daya tahan dan kelenturan tulang
juga berkurang. Air juga berguna untuk mencegah sembelit, karena untuk
penyerapan makanan dalam usus memerlukan air.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, R. Boedhi.,dkk.1999. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Gallo, Joseph.1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta : EGC
Nugroho, Wahjudi.2000. Keperawatan Gerontik.Jakarta : EGC
Potter & Perry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi
4.Jakarta :EGC
http/www. Kebutuhan
nutrisi pada lansia.com,, di akses pada hari minggu, jam 11.31.wib.
Lehman AB
(1989) Review: under nutrition in elderly people. Age & Ageing 18: 339-353